Seperti halnya laki-laki tetap bertahan dengan sense of mastery, istri sebagai perempuan pun tetap bertahan untuk menempatkan diri sebagai sosok yang lemah, butuh perlindungan dan kehangatan yang terasa mengayomi kejiwaannya di hadapan suami.
Kebutuhan untuk rileks, dikasihi dengan perhatian personal, serta relasi intim dengan suami pun tetap bertahan dalam isi hati sanubarinya. jadi, setinggi-tingginya karir dan penghasilan yang diperoleh istri, ia tetap sosok yang membutuhkan penghargaan, pengayoman, diistimewakan dan diperlakukan dengan kehangatan. Ia juga adalah sosok yang berkeinginan menjadi beban tanggung jawab suami dan bukan menjadi penanggung jawab penuh urusan rumah tangga. cara yang bisa dilakukan adalah, pertama, memperbaharui kesepakatan dalam cara mengurus rumah tangga. Antara lain dengan kembali menempatkan diri suami sebagai kepala keluarga yang memiliki tanggung jawab utama keberlangsungan kehidupan keluarga. Artinya seberapapun penghasilan hendaknya diserahkan sepenuhnya kepada istri untuk dikelola sehingga kalau istri harus mengompensasi kekurangannya, akan dilakukan sebagi istri yang membantu suami dalam tanggung jawab keluarga. Kedua, suami hendaknya secara periodik berinisiatif mengajak istri menjalin kembali relasi intim yang penuh kasih sayang dan kehangatan, menikmati saat-saat berduaan sehingga keceriaan relasi antara suami istri hidup kembali. Ketiga, yang paling hakiki adalah keyakinan bahwa cara mempertahankan sense of mastery tanpa tanggung jawab hanya merupakan hambatan bagi berkembangnya toleransi, keterbukaan, dan kebesara jiwa untuk menerima kenyataan bahwa memang istri lebih unggul dalam pencaharian materi. dalam kondisi tertentu, sense of mastery itu dapat tetap dipertahankan dan di ungkap dengan menyadari dan menerima kenyataan bahwa hanya dari suamilah istri akan memperoleh kepuasan akan kebutuhan dilindungi, diayomi, dikasihi, dan diperlakukan dengan kehangatan cinta kasih...
Kebutuhan untuk rileks, dikasihi dengan perhatian personal, serta relasi intim dengan suami pun tetap bertahan dalam isi hati sanubarinya. jadi, setinggi-tingginya karir dan penghasilan yang diperoleh istri, ia tetap sosok yang membutuhkan penghargaan, pengayoman, diistimewakan dan diperlakukan dengan kehangatan. Ia juga adalah sosok yang berkeinginan menjadi beban tanggung jawab suami dan bukan menjadi penanggung jawab penuh urusan rumah tangga. cara yang bisa dilakukan adalah, pertama, memperbaharui kesepakatan dalam cara mengurus rumah tangga. Antara lain dengan kembali menempatkan diri suami sebagai kepala keluarga yang memiliki tanggung jawab utama keberlangsungan kehidupan keluarga. Artinya seberapapun penghasilan hendaknya diserahkan sepenuhnya kepada istri untuk dikelola sehingga kalau istri harus mengompensasi kekurangannya, akan dilakukan sebagi istri yang membantu suami dalam tanggung jawab keluarga. Kedua, suami hendaknya secara periodik berinisiatif mengajak istri menjalin kembali relasi intim yang penuh kasih sayang dan kehangatan, menikmati saat-saat berduaan sehingga keceriaan relasi antara suami istri hidup kembali. Ketiga, yang paling hakiki adalah keyakinan bahwa cara mempertahankan sense of mastery tanpa tanggung jawab hanya merupakan hambatan bagi berkembangnya toleransi, keterbukaan, dan kebesara jiwa untuk menerima kenyataan bahwa memang istri lebih unggul dalam pencaharian materi. dalam kondisi tertentu, sense of mastery itu dapat tetap dipertahankan dan di ungkap dengan menyadari dan menerima kenyataan bahwa hanya dari suamilah istri akan memperoleh kepuasan akan kebutuhan dilindungi, diayomi, dikasihi, dan diperlakukan dengan kehangatan cinta kasih...
Find Exclusive Tutorial From: